Irigasi Buruk, Kisaran Alami Banjir Terparah Tahun Ini

Infrastruktur irigasi yang rapuh dan perencanaan tata guna lahan yang buruk makin memperparah potensi banjir di Indonesia — menyebabkan banjir besar, gagal panen, dan krisis pangan. Artikel ini telaah bagaimana “irigasi buruk + alih fungsi lahan + pengelolaan lingkungan lemah” menjadi pemicu bencana banjir terparah tahun ini, sekaligus memperlihatkan kerugian nyata bagi masyarakat.


Irigasi & Drainase: Fondasi Terabaikan

  • Baru-baru ini, anggaran besar dialokasikan untuk perbaikan sistem irigasi nasional: sekitar Rp 12 triliun disetujui untuk revitalisasi jaringan irigasi. Antara News+2Sumber Daya Air+2

  • Tapi di banyak daerah, kondisi di lapangan justru makin menyedihkan — saluran irigasi rusak, bendungan jebol, dan sistem drainase tidak memadai. Contoh: di wilayah Lampung Barat, jaringan irigasi di sekitar Bendungan Way Palakia rusak parah setelah banjir, mengancam puluhan hektare sawah. Kupastuntas

  • Di tempat lain, hujan ekstrem membuat saluran irigasi meluap, menenggelamkan rumah dan lahan — seperti yang terjadi di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, pada akhir Juli 2025. BNPB

  • Artinya: tanpa sistem irigasi dan drainase yang berfungsi baik sebagai kanal air hujan / sungai, curah hujan tinggi mudah berubah jadi banjir besar.


Alih Fungsi Lahan & Degradasi Lingkungan — Perangkap Baru Banjir

  • Di wilayah rawa (termasuk gambut), ekosistem alami yang dulu bisa “menyimpan air” kini rusak. Sebuah studi terbaru dari Pantau Gambut menunjukkan bahwa sebagian besar kanal industri (seluas ratusan ribu km) telah merusak fungsi hidrologis lahan gambut — mengubah lahan dari penyerap air menjadi pemicu meluapnya aliran air. Mongabay+2Pantau Gambut+2

  • Hasilnya: dari 24 juta hektare lahan gambut di Indonesia, sekitar 43% kini tergolong “sangat rentan” terhadap banjir. Mongabay+1

  • Di wilayah lain — misalnya Bali — banjir parah baru-baru ini tidak hanya disebabkan hujan ekstrem, tapi juga alih fungsi lahan secara masif: sawah, zona resapan, dan ruang hijau berubah menjadi bangunan, jalan, atau perumahan. Mongabay.co.id+2PoskotaTV+2

  • Konversi lahan demikian membuat permukaan tanah semakin kedap — air hujan pun cepat jadi limpasan (runoff), alih-alih diserap ke tanah. Hal ini meningkatkan debit puncak air (Q), sesuai prinsip hidrologi: semakin luas area kedap air, semakin besar potensi banjir. Mongabay.co.id+1


Bencana Nyata: Banjir 2025 & Dampaknya ke Warga

  • Di kapita metropolitan Jakarta dan sekitarnya, banjir pada awal 2025 (periode Maret) — 2025 Jakarta floods — jadi salah satu terparah dalam sejarah: setidaknya 9 orang tewas, lebih dari 90.000 orang mengungsi. Wikipedia+2PreventionWeb+2

  • Kerentanan itu dipicu bukan cuma hujan deras, tapi juga sistem drainase & pengelolaan air yang buruk serta perencanaan tata ruang yang gagal. Resilience Development Initiative+2PreventionWeb+2

  • Contoh lain: di Kabupaten Demak, jebolnya tanggul dan luapan sungai membuat 3.000 hektare lahan pertanian terendam. Pemerintah bahkan pertimbangkan revisi zona peruntukan lahan akibat rusaknya fungsi irigasi dan drainase. Lahan Irigasi+1

  • Dampak jangka panjang: gagal panen, kekacauan distribusi pangan, serta krisis bagi petani — terutama di area pertanian yang sudah sejak lama bergantung pada irigasi dan drainase terencana.


Kenapa “Irigasi Buruk” Harus Jadi Sorotan, Bukan Hanya “Alam”?

  • Banjir hari ini sering disederhanakan sebagai “bencana alam”: hujan deras, cuaca ekstrem, dsb. Tapi banyak analisis menunjukkan bahwa penyebab struktural — seperti buruknya sistem irigasi, drainase, serta alih fungsi lahan — lebih berperan dalam menentukan seberapa parah banjir bakal terjadi. PreventionWeb+2Resilience Development Initiative+2

  • Dengan mengabaikan aspek teknis dan pengelolaan lingkungan — misalnya saluran irigasi yang remuk, kawasan resapan air yang tergerus, atau perencanaan tata ruang yang ngawur — kita secara sistematis membangun trap untuk bencana besar.

  • Praktik baik seperti revitalisasi irigasi nasional perlu jalan — tapi harus dibarengi pengawasan ketat, law enforcement soal alih guna lahan, dan perencanaan drainase yang sadar lingkungan.


Pelajaran & Rekomendasi ke Depan

Masalah Rekomendasi
Sistem irigasi & drainase rusak / tidak memadai Penuhi target revitalisasi; perkuat pengawasan & perawatan rutin; gunakan teknologi modern (misalnya satelit / prediksi cuaca) untuk deteksi dini kerusakan. Sumber Daya Air+2Antara News+2
Alih fungsi lahan & konversi area resapan Tegakkan aturan tata ruang (zonasi), batasi alih fungsi lahan subur / kawasan resapan, beri sanksi tegas pada pelanggar. Mongabay.co.id+2PoskotaTV+2
Degradasi ekosistem, terutama gambut / lahan kritis Jalankan konservasi lahan gambut, hentikan kanal industri yang merusak hidrologi alami, lindungi PHU (Peat Hydrological Units) dari eksploitasi. Pantau Gambut+2Pantau Gambut+2
Tata kelola dan respons bencana lemah Integrasikan pendekatan struktural (infrastruktur) dan non-struktural (manajemen ruang, pencegahan), dengan partisipasi masyarakat lokal. PreventionWeb+2Lahan Irigasi+2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *