Warga Gowa Seret Mayat Pelaku Pemerkosaan Berkeliling Kampung

  • Pada Rabu, 3 Desember 2025, di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Gowa — Sulawesi Selatan — seorang pria yang diduga sebagai pelaku pemerkosaan dan penganiayaan, tewas akibat diamuk massa. detikcom+2detikcom+2

  • Setelah tewas, jenazah pria tersebut — yang diidentifikasi bernama Ali — diikat dan diseret menggunakan sepeda motor keliling kampung, tepatnya di Kampung Parang-parang Tulau’, Kelurahan Cikoro. detiknews+2detikcom+2

  • Dalam video yang viral, tampak warga menyeret jenazah dengan posisi tangan dan kaki terikat, tubuh korban diikat ke motor, diarak keliling kampung disertai iring-iringan kendaraan. detikcom+2detikcom+2

⚠️ Tuduhan terhadap Terduga Pelaku

  • Menurut keterangan warga, Ali dicari karena disebut sering mencuri — termasuk mencuri laptop dari rumah warga bernama Dg Suriani — dan sudah membuat keresahan masyarakat. detiknews+2detikcom+2

  • Selain itu, Ali dituduh melakukan pelecehan dan penganiayaan terhadap seorang perempuan penyandang disabilitas pada Minggu, 30 November 2025. detiknews+1

  • Warga sempat mengambil tindakan keras ketika menangkapnya — mengikat tubuhnya lalu melakukan kekerasan terhadap tubuhnya, termasuk mutilasi terhadap organ intim menurut pengakuan salah satu warga. detiknews+1

👮 Respons Polisi dan Penyelidikan

  • Kapolres Gowa, AKBP Muhammad Aldy Sulaiman, menyatakan bahwa pihaknya sudah menerima laporan dan mengerahkan tim gabungan dari Polsek Tompobulu untuk menyelidiki insiden tersebut. ANTARA News Makassar+1

  • Polisi meminta maaf atas kekacauan dan memerintahkan pendalaman kasus — termasuk visum jenazah dan pemeriksaan bukti, guna memastikan apakah dugaan pemerkosaan itu benar, sekaligus menelusuri siapa saja warga yang melakukan aksi main hakim sendiri. https://www.metrotvnews.com+1

  • Sementara itu, situasi di lokasi kejadian dilaporkan sudah relatif kondusif. Polisi berjaga di rumah duka dan beberapa anggota Polsek Tompobulu standby untuk mencegah kericuhan lebih lanjut. detikcom+1

🧑‍⚖️ Isu Kriminalitas, Perlindungan Hukum & Hak Asasi

Kasus ini menimbulkan dilema antara tuntutan keadilan masyarakat atas kejahatan berat, dan pelanggaran prinsip hukum:

  • Aksi main hakim sendiri — meskipun pada pelaku dengan tuduhan berat — melanggar hukum dan prinsip asas praduga tak bersalah. Tanpa proses peradilan, bukan hanya hak pelaku menjadi terlanggar, tetapi juga potensi penyalahgunaan sistem keadilan oleh publik.

  • Kekerasan massa, termasuk penyiksaan dan penyebaran video aksi semacam ini, bisa memicu efek negatif: kekerasan berantai, pelanggaran HAM, dan mengikis kepercayaan terhadap sistem hukum formal.

  • Aparat penegak hukum harus bergerak cepat, transparan, dan profesional dalam investigasi — memastikan korban kejahatan mendapat keadilan, dan pelaku (jika terbukti) diproses melalui mekanisme hukum, bukan aksi brutal jalanan.

🌐 Reaksi Publik & Sensasi Media Sosial

  • Video aksi penyeretan dan persekusi ini tersebar luas di media sosial, memancing reaksi beragam: kemarahan, penghinaan pada pelaku, hingga ajakan kekerasan lebih lanjut — menimbulkan kekhawatiran soal norma dan moral publik. Kalimantan Live+2IDN Times Sulsel+2

  • Di sisi lain, tragedi ini memicu diskusi publik tentang efektivitas penegakan hukum terhadap kejahatan seksual, terutama yang melibatkan korban rentan seperti penyandang disabilitas — dan ketidakpuasan masyarakat terhadap penegakan hukum yang dianggap lambat atau lemah.

🔎 Kenapa Kasus Ini Penting & Perhatian yang Diperlukan

  • Kasus ini menunjukkan bagaimana ketidakpercayaan terhadap sistem hukum bisa memicu kekerasan massa — sebuah peringatan bahwa stabilitas sosial dan supremasi hukum perlu terus dijaga, terutama di daerah kecil.

  • Penegakan hukum tidak boleh monoton: aparat harus sigap mendeteksi kejahatan berat, merespons cepat, melindungi korban, dan membawa pelaku ke jalur hukum — supaya warga tak merasa perlu “mengambil hak sendiri.”

  • Edukasi hukum kepada masyarakat tentang pentingnya proses peradilan, hak asasi manusia, serta konsekuensi main hakim sendiri: agar keadilan tidak berubah bentuk menjadi kekerasan brutal.


📰 Kesimpulan

Insiden di Gowa — ketika massa menyeret mayat terduga pelaku pemerkosaan keliling kampung — adalah gambaran tragis dari ketidakpercayaan masyarakat terhadap sistem hukum dan keputusasaan terhadap kejahatan berat. Meskipun emosi dan kepedihan korban bisa dimaklumi, cara penyelesaian melalui kekerasan massa bukan jalan keadilan: lebih tepat bila aparat hukum yang menangani, sesuai prosedur, demi melindungi hak semua pihak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *