Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, menyoroti keras praktik penegakan hukum yang dianggap tidak adil terhadap masyarakat kecil dalam sambutannya di acara penyerahan uang sitaan korupsi senilai Rp13,2 triliun di Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung), Jakarta. Liputan6+1
Dalam kesempatan itu ia menyebut sebuah contoh yang menurutnya “tidak masuk akal”: seorang anak sekolah dasar (SD) yang ditangkap karena mencuri seekor ayam. suara.com+1
“Saya ingat benar, ada anak SD, anak di bawah umur ditangkap karena mencuri ayam. Saya ingat benar itu. Ini tidak masuk di akal. Hakim, Jaksa ada apa ngejar?” ujar Prabowo. detiknews+2ERAKINI.ID+2
Sorotan Utama
Beberapa poin penting yang diungkap oleh Prabowo:
-
Penegakan hukum di Indonesia harus berlandaskan hati nurani dan tidak hanya atas dasar formalitas. Aspirasiku+1
-
Ia meminta agar aparat seperti kejaksaan, kepolisian, dan pengadilan tidak melakukan kriminalisasi terhadap rakyat kecil—yakni tidak mengejar perkara yang seharusnya tidak layak diproses secara pidana. detiknews+1
-
Ia mengingatkan agar hukum tidak bersikap “tumpul ke atas, tajam ke bawah” — yang berarti hukuman berat kepada masyarakat kecil sementara pelanggaran oleh orang kuat/lembaga besar lepas begitu saja. MerahPutih+1
-
Dalam contoh kasus:
-
Anak SD yang mencuri ayam → menurut presiden, penanganannya “tidak masuk akal”. Liputan6+1
-
Ibu‑ibu yang ditangkap karena mencuri pohon juga disinggung sebagai manifestasi ketidakadilan. kumparan+1
-
-
Ia bahkan menyarankan agar jika aparat melakukan tindakan yang menurutnya tidak adil terhadap orang kecil, maka aparat tersebut bisa mengambil tanggung jawab sendiri: “Kalau perlu… hakim, jaksa atau polisi pakai uangnya sendiri ganti ayamnya, anaknya dibantu.” Harian Disway+1
Implikasi bagi Sistem Hukum dan Publik
Pernyataan presiden ini membuka beberapa implikasi penting:
-
Evaluasi Penegakan Hukum: Ada sinyal kuat bahwa sistem penegakan hukum (termasuk kebijakan di kejaksaan dan kepolisian) harus diperkuat agar lebih adil dan manusiawi.
-
Perlindungan Anak dan Warga Miskin: Kasus anak SD mencuri ayam merupakan contoh ekstrem yang menurut presiden menunjukkan bahwa warga kecil bisa jadi “korban” sistem bila aparat terlalu agresif atau kaku.
-
Kepercayaan Publik: Bila publik melihat bahwa hukum cuma keras ke bawah tetapi lemah ke atas, maka kepercayaan terhadap lembaga penegak hukum bisa menurun. Pernyataan ini dapat dilihat sebagai upaya pemerintah memperbaiki citra dan integritas hukum.
-
Tata Kelola Hukum yang Berkelanjutan: Perlunya mekanisme pengawasan internal bagi aparat penegak hukum agar tidak menyalahgunakan kewenangannya untuk “mencari-cari” perkara yang seharusnya tidak diprioritaskan.
Catatan dan Klarifikasi
-
Meski presiden menyebut secara spesifik “anak SD” yang ditangkap karena mencuri ayam, belum ada publikasi resmi yang secara rinci memuat identitas, lokasi, atau status hukum akhir dari kasus tersebut dalam media nasional hingga saat ini.
-
Pernyataan ini dilontarkan dalam konteks acara penyerahan uang hasil sitaan kasus korupsi (ekspor CPO) yang besar—ini menunjukkan bahwa sorotannya bukan hanya kasus kecil melainkan bagian dari pesan lebih besar terhadap sistem hukum. kumparan+1
-
Sistem peradilan anak di Indonesia diatur dalam undang‑undang, namun bagaimana implementasinya di lapangan sering menjadi tantangan, terutama bagi orang kecil yang berhadapan dengan aparat hukum. repository.uniba.ac.id+1
Kesimpulan
Pernyataan Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa sistem hukum Indonesia harus benar‑benar bekerja untuk semua lapisan masyarakat, bukan hanya untuk orang kuat atau korporasi. Kasus seorang anak SD yang ditangkap karena mencuri ayam dijadikannya sebagai ilustrasi nyata bahwa proses hukum bisa “menzalimi” apabila tidak dijalankan dengan keadilan dan rasa kemanusiaan.
Pihak penegak hukum — kejaksaan, kepolisian, dan pengadilan — mendapat peringatan agar memperbaiki mekanisme internal, memastikan tidak ada kriminalisasi terhadap rakyat kecil, dan menjaga agar hukum tidak tajam ke bawah namun tumpul ke atas.